BeritaJurit-malam - Sinopsis Dari Jendela SMP hari ini (22/9/2020), Joko dan kawan-kawan sedang mengikuti jurit malam ketika Pak Lukman tiba-tiba datang. Namunpada kenyataannya, dari pantauan peserta diculik dan dibangunkan dari kamar tidur masing-masing pada pukul 02.00 dini hari, untuk melakukan kegiatan Jurit Malam. "Jurit malam adalah satu kegiatan sakral yang wajib diikuti peserta didik untuk membangun keberanian mereka, dan menguji mental mereka bagaimana melawan rasa Juritmalam, kader dibangunkan tengah malam dan diarahkan untuk pergi ke pos yang telah disediakan. Seluruh peserta harus melewati beberapa pos-pos di mana ada pos yang sebenarnya dan pos bayangan. Dari setiap pos seluruh peserta diminta untuk menjawab pertanyaan dan perintah yang diberikan panitia. Jurit malam diselesaikan menjelang azan subuh. 2000 – 22.00 In Class Motivasi Diri. 22.00 – 24.00 Tidur ( Tidak ada kegiatan lagi peserta wajib tidur ) 24.00 – 02.00 Wake Up for Caraka Malam & Renungan Malam Program : POS I : Tanda Jejak : peserta akan mencari jejak. POS II : Panca Indera : peserta akan di tes penciuman, perabaan, perasanya. POS III : Uji Mental : peserta akan diuji . Ilustrasi gunung yang menyeramkan kala malam hari Foto Shutter StockJurit malam, banyak dari kita pernah melakukannya dengan terpaksa, dan mengalami kejadian mengerikan di acara dan Malik, akan cerita tentang pengalaman mereka di acara jurit malam di salah satu kaki pegunungan di Bogor, tahun 1997. Baca di sini, di Briistory..Gak, sama sekali aku gak berani untuk menatap ke depan, gak berani melihat sekeliling, pandangan tetap dan terus aku arahkan ke bawah, hanya melihat jalan setapak yang sedang kami lewati.“Pocongnya masih ada Do, masih berdiri di bawah pohon.” Begitu Malik bilang sambil menangis pelan.“Udah Lik, jangan lo lihat terus. Jangan lihat lagi.” Jawabku terus menyusuri jalan setapak ini, jalan setapak tanah yang semakin licin karena tumpahan air hujan yang terus turun rindang memenuhi hampir seluruh ruang hutan yang sedang kami coba untuk dedaunan bertepuk satu dengan lain karena bergoyang ditimpa tetesan air hujan, bukan karena angin, semakin menambah mencekam dan Malik masih dalam perjalanan menuju pos empat, sungguh perjalanan yang teramat panjang, ketakutan terus menyeruak memenuhi isi jiwa dan pikiran.“Aldo, gw udah gak kuat lagi, gw capek banget Do.” Sekali lagi malik berkata dengan gemetar.“Sedikit lagi, kita harus kuat, gak bisa berhenti di tempat kayak gini.” Jawabku.“Pocongnya masih ada Do..”Bau kentang rebus sama-samar terus tercium sejak tadi, tercium di antara bau tanah yang tersiram hujan. Siapa yang merebus kentang di tengah hutan pada tengah malam seperti ini?Entah apa yang ada di dalam pikiran, detik berikutnya aku malah melirik ke tempat di mana pocong itu Malik bilang, pocong masih berdiri di bawah pohon yang jaraknya hanya beberapa meter dari posisi kami sedang kain putih kusam, ada ikatan di beberapa tempat di bagian tubuh, sehingga bentuknya terlihat jadi semakin mempercepat langkah, semakin cepat melangkah, hingga nyaris berlari, ketika beberapa saat berikutnya pocong itu seperti bergerak genggam tangan Malik erat-erat, menariknya dengan paksa agar mempercepat langkah juga. Tangisan Malik makin terdengar, nyaris berteriak ketika sadar kalau pocong semakin dekat dan untunglah, langkah kaki kami ternyata lebih cepat dari gerakan pocong. Pelan tapi pasti, sosok pocong menghilang dari pandangan, di belakang.“Kalian lama sekali? Dari mana aja? Jalan-jalan ke mana dulu?” Ucap salah satu kakak pembina yang baru belakangan aku tahu kalau namanya Rendy.“Kalian tahu gak kalau hutan ini angker? Banyak penunggunya, kalian malah jalan santai. Udah jam berapa iniiiiii..!!”Kakak pembina satu lagi membentak kami setengah berteriak.“Maaf Kak, kami tadi ketakutan, berlari gak tentu arah, akhirnya kesasar.” Aku memberanikan diri untuk menjawab.“K..kkk..kaa..mii, kami lihat pocong Kak.” Malik menjawab sambil menangis pelan.“Aaahh, baru lihat pocong udah nangis, jangan manjaaa!!” Teriak kakak pembina lagi. Suaranya menggema kencang memecah sepi ada yang bisa kami lakukan selain diam dan menuruti apa yang diperintahkan oleh dua kakak senior kami diberi pertanyaan dari banyak materi yang sudah kami dapatkan sebelumnya, beberapa bisa kami jawab, beberapa gak terjawab yang berakibat hukuman push-up atau hukuman fisik dan bathin, kami kerahkan tenaga yang masih tersisa untuk terus mengikuti perintah kakak senior di pos empat akhirnya, ada suara langkah dari beberapa orang terdengar mendekat dari terdengar teriakan seperti itu, teriakan salam peserta kalau bertemu dengan kakak senior. Ternyata kelompok berikutnya sampai juga di pos dan Malik sedikit bernapas lega, karena setelah itu kami dipersilakan untuk beristirahat sejenak, sebelum melanjutkan perjalanan menuju pos duduk di bawah pohon, bersandar di batang besarnya.“Gw gak kuat lagi Do, takut.” Malik bicara seperti itu dengan tatapan kosong dengan suara datar.“Tapi kita harus lulus dari jurit malam ini, ini kan salah satu syarat kelulusan. Ayolah, tinggal satu pos lagi, setelah itu selesai semuanya.” Aku terus coba membangkitkan semangat Malik yang sudah nyaris SMUN 1997, kami sedang melaksanakan kegiatan ini, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa. Sebagian murid kelas satu harus mengikutinya, gak bisa satu bagian kegiatannya adalah acara jurit malam, acara inilah yang sedang kami malam diselenggarakan oleh ekskul Pramuka. Kegiatan dilangsungkan di salah satu kaki gunung di wilayah gunung yang tahun 1990-an masih pedalaman, sebagian besar wilayahnya adalah hutan rindang dengan pepohonan tinggi besar menjulang, masih pegunungan dan hutan, konturnya naik turun mengikuti perbukitan. Gak ada jalan beraspal, semua rentang permukaan masih tanah, akan menjadi licin apabila disiram air ini cukup terkenal di Bogor, cukup terkenal juga keangkerannya. Memang sangat cocok untuk dijadikan tempat lokasi jurit malam untuk mengasah nyali dan Aldo, murid kelas satu salah satu SMUN di Jakarta, angkatan 1997, sedang dalam satu bagian acara LDKS, Jurit peserta diharuskan berjalan menyusuri jalan setapak di tengah hutan, untuk menuju pos-pos yang sudah yang kami kunjungi ada lima, masing masing pos jaraknya cukup jauh dan kondisi jalan yang sangat menantang. Dari pos satu ke pos berikutnya semakin gila kondisi dan situasinya, menurutku sangat siswa dibentuk per kelompok, satu kelompok terdiri dari dua orang. Setiap kelompok berjalan satu-satu setiap beberapa puluh menit, gak acara dimulai tadi, para kakak panitia dan pembina sudah mewanti-wanti kepada kami untuk selalu wilayah kaki gunung ini terkenal angker dengan kondisi alam yang masih berbahaya di banyak yang paling aku ingat, omongan dari kakak panitia yang beberapa kali diulang"Ingat ya, kami tidak menyiapkan hantu-hantuan, tidak ada seorang pun dari panitia dan pembina yang menyamar jadi hantu untuk menakut-nakuti nanti di tengah kegiatan kalian melihat pocong, kuntilanak, atau teman-temannya, dapat dipastikan kalau itu adalah hantu beneran, bukan bohongan."Begitu kalimat yang aku ah masa sih mereka gak menyiapkan apa-apa untuk menakut-nakuti kami, sepertinya gak mungkin. Itu pemikiranku, pada pikiranku berubah ketika aku dan Malik mulai dalam perjalanan menuju pos dua, pos tiga, dan pos empat tempat kami sedang istirahat kami, kalau penampakan-penampakan yang kami lihat tadi adalah memang kakak panitia yang menyamar jadi hantu, berarti mereka melakukannya dengan sempurna, kami sampai ketakutan Back, aku akan bercerita ketika kami dalam perjalanan menuju pos dua..Masih jam 10, malam masih terbilang sore, langkah kami masih mantap menjalani tugas dan aktivitas Jurit malam yang baru saja dimulai."Do, kayanya mendung tuh ya, gak kliatan bintang sama sekali." Suara Malik membuyarkan lamunanku yang baru saja dimulai."Iya lik, moga aja gak ujan ya, kusut dah kalo ujan beneran." Jawabku sambil menatap kata Malik, langit kusam tanpa bintang, entah ada bulan atau nggak di balik gelayut awan, yang pasti warna angkasa menambah seram yang aku bilang tadi, langkah kali kami masih mantap melangkah menyusuri jalan setepak sempit yang sesekali tertutup lebih dari 20 menit lamanya kami berjalan menuju pos ketika pengarahan, kakak pembina bilang kalau masing-masing pos berjarak kira-kira 30 menit lamanya berjalan kaki. Jadi, aku dan malik pikir, sebentar lagi kami akan sampai di pos dua, seharusnya yang berjalan di depan, tiba-tiba merasakan kalau tangan Malik menarik baju bagian belakangku."Do, ada orang." Begitu kata Malik, sambil memberi kode untuk memperlambat langkah."Mana Lik? emang di depan udah pos dua ya?""Itu Do, berdiri di bawah pohon." Malik menunjuk ke arah coba menajamkan pandangan ke tempat yang Malik maksud. Kami tetap maju melangkah walau perlahan, membuat semakin dekat ke tempat di mana Malik bilang ada sudah beberapa belas meter kami melangkah, akhirnya aku dapat melihat kalau benar ada orang. Kami belum terlalu dekat berjarak dengan sosok itu, tapi aku dapat melihatnya cukup di bawah pohon, di pinggir jalan setapak yang akan kami lalui, orang itu berdiri dengan tegap sempurna, postur istirahat di tempat. Dia menghadap ke arah selatan, sementara kami berjalan menuju ke barat, jadi kami melihat dia dari jarak kami hanya tinggal beberapa meter saja, barulah aku dapat melihat sejelas-jelasnya tampilan sosok laki-laki, masih muda, sepertinya SMU juga sama seperti kami namun mungkin satu atau dua tahun di pramuka lengkap, mengenakan topi pramuka, kacu, dan tangan kananya memegang bambu panjang yang berdiri tepat di sampingnya.“Kayaknya kakak panitia Do, kita permisi aja.” Begitu kaya Malik sambil terus berjalan sampai akhirnya harue melintas tepat di depan sosok yang kami pikir adalah kakak panitia yang sedang bertugas.“LDKS 1997!” Setengah berteriak, aku dan malik memberi salam tanda kegiatan.“Permisi Kak, kami mau lewat,” Aku panitia itu tetap diam bergeming, posisinya gak berubah, tegap beristirahat di tempat, pandangan lurus ke depan, sama sekali gak menatap ada perubahan, walaupun gak mengucapkan sepatah kata pun tapi wajahnya tersenyum, senyum menyeringai tanpa ekspresi, wajahnya pucat seperti orang sangat detik lamanya aku dan Malik kikuk sambil diam berdiri di hadapannya, bingung harus berbuat apa, serba salah, sementara kakak panitia itu tetap pada itu, aku berpikir, kalau memang dia ditugaskan untuk menakut-nakuti kami, tugasnya berhasil, karena aku dan Malik mulai merasa ketakutan, mulai merasakan kejanggalan.“Ayok jalan aja Lik, kayaknya ini bukan pos dua.” Aku bilang menjawab apa-apa, Malik langsung melangkah, aku mengikuti langkahnya yang terburu-buru.“Permisi Kak.” Sekali lagi aku mengucap dia gak bergerak sama sekali, posturnya tetap seperti itu dengan wajah tersenyum dan Malik terus berjalan kami jauh pergi meninggalkan, aku sebentar melirik ke belakang. Gak ada perubahan, posisi kakak panitia itu belum berubah, dia tetap berdiri pada 10 menit kemudian, kami sampai juga di pos dua. Ada beberapa kakak panitia yang menunggu pos sini, kami diberi tugas dan pekerjaan yang belum terlalu melelahkan, semua dapat kami selesaikan dengan baik, setelah itu kakak panitia mempersilakan kami untuk beristirahat ketika kami tengah beristirahat, kelompok berikutnya berdatangan, sehingga pos dua jadi gak terlalu sepi masih penasaran dengan kakak Pembina yang tadi berdiri sendirian di bawah pohon sebelum kami sampai di pos dua, makanya aku menanyakan hal itu kepada teman dari kelompok yang datang setelah kami.“Eh, lima atau 10 menit sebelum sampe di sini, lo berdua ketemu kakak Pembina gak? Berdiri di bawah pohon sendiran, ditegor diem aja tapi senyum, liat gak?” Tanyaku.“Kakak Pembina? Gak ada ah, kami gak ketemu siapa-siapa. Sekalinya ketemu orang ya di pos satu dan pos dua ini, di antaranya gak ada orang.” Jawab teman itu aku dan Malik saling bertatapan, mungkin memang kakak Panitia, tapi sedang terpisah dari kelompoknya, pikir aku dan Malik. Tapi setelah aku perhatikan lagi, ternyata di pos dua gak ada kakak Pembina yang berdiri sendirian tadi, wajahnya mereka jelas-jelas berbeda.“Aldo, Malik, cukup istirahatnya. Kalian sekarang jalan ke pos tiga. Lebih hati-hati lagi, walaupun jaraknya dekat tapi kondisi jalan menanjak terus. Berdoa dulu sebelum jalan, semoga selamat sampai pos tiga.” Begitu kata salah satu kakak Pembina,Aku dan Malik langsung berdiri dari duduk, berdoa sebentar, lalu kami melanjutkan perjalanan menuju pos kata Kakak Pembina di pos dua tadi, jalur menuju pos tiga cukup manantang, lebih banyak menanjak walau jalan setapaknya lebih sekeliling tetap sama, pepohonan rindang memenuhi ruang hutan yang gelap gulita tanpa cahaya, hanya lampu senter di tanganku yang menembus kelam, memberi jalan mata untuk melihat lebih jauh ke kejauhan, kami mendengar suara air terjun yang bergemuruh pelan, gunung ini memang cukup banyak memiliki air terjun indah di beberapa sudutnya.“Do, gw capek, jalannya nanjak, pelan-pelan dulu Do.”Malik yang berjalan di belakang berucap dengan napas ngos-ngosan.“Iya.” Jawabku pendek sambil memperlambat benar, jalan menanjak yang tengah kami lalui ini cukup konstan, sama sekali gak ada kontur datar atau menurun untuk beristirahat sejenak, terus aja menanjak.“Do, istirahat aja deh sebentar ya. Gw gak kuat nih, jalannya nanjak terus.”Gak tega aku melihat Malik, badan besarnya terlihat lelah, pakaian pramukanya basah bermandi keringat. Akhirnya kami berhenti untuk istirahat jangkrik dan binatang malam mulai terdengar bersahutan, sementara pepohonan rindang tetap diam gak kami berhenti ini agak tinggi posisinya, sehingga aku dapat melihat jalanan di belakang, jalan menurun yang sudah kami lewati sebelumnya. Tapi ya itu, hanya gelap aja yang melihat sekeliling, sambil mengarahkan lampu senter, coba memperhatikan sekitar. Gelapnya malam di kaki gunung itu, mulai sedikit menggoyahkan nyali, sepinya seperti memperhatikan kami yang tengah berdiri, sendiri.“Yuk jalan lagi Lik, agak mulai ngeri, merinding gw.” Aku berbisik ke Malik.“Iya Do, kok agak serem ya. Ayok jalan deh.”Lalu kami mulai melangkahkan kaki.“Sebentar Do,” Malik memegang lenganku, menahan aku supaya berhenti berjalan.“Lo denger gak?” Malik bilang begitu.“Ada suara Do, kayak suara langkah orang jalan.”Lalu aku diam dan menajamkan pendengaran,Benar! Ternyata terdengar ada suara di sangat samar, hampir-hampir gak terdengar, tapi yang pasti suara itu berasal dari belakang, dari jalan yang sudah kami lewati sebelumnya, jalan yang posisinya berada di bawah, sementara kami sudah agak di lama suara itu semakin jelas, sementara itu aku terus mencari sumbernya, lampu senter ku arahkan cahayanya ke tempat yang kami curigai sebagai asal suara.“Brek, brek, brek, brek,” Kira-kira seperti itu suara langkah kaki yang sedang berbaris, seperti ada kelompok orang yang sedang berjalan semakin jelas, semakin yakin kalau itu memang suara orang yang sedang berjalan berbaris, dan mereka sedang berjalan menuju ke arah tempat kami sedang saja, akhirnya cahaya lampu senterku menangkap objek yang sepertinya merupakan sumber suara “Brek, brek, brek, brek,” belum terlalu jelas, tapi lama kelamaan menjadi semakin jelas karena jarak kami semakin ternyata benar, aku dan Malik melihat ada tiga orang yang sedang berbaris memanjang ke belakang, berjalan cukup cepat di kondisi jalan kami kompak bergerak ke pinggir, ke sisi jalan setapak, dengan maksud memberi jalan kepada tiga orang ini untuk mendahului, karena mereka berjalan cukup cepat, melangkah gak kelihatan lelah.“Brek, brek, brek, brek,” Mereka terus melangkah mendekat, semakin dan Malik hanya diam sambil terus orang-orang ini? Kelompok peserta LDKS sama seperti kami kah? Ah tapi bukan, karena perkelompok hanya dua orang, sedangkan mereka kakak Pembina kah? Mungkin saja, tapi beberapa belas detik kemudian kami akan sadar kalau mereka jelas-jelas bukan kakak orang berseragam pramuka lengkap, dengan masing-masing tangan kanannya memegang tongkat bambu akhirnya mereka hanya tinggal beberapa meter saja dari tempat kami yang pertama, ternyata kami kenal sosok yang berjalan paling depan, kami yakin kalau ini adalah sosok yang sama dengan yang kami lihat sedang berdiri sendiran di bawah pohon sebelum pos dua tadi. Kami yakin itu, kami masih sangat hapal wajahnya, gesturnya, dia masih kelihatan tersenyum tanpa ekspresi, sembil terus berjalan melangkahkan di belakangnya ada dua orang dengan penampilan sama, berpakaian pramuka lengkap dengan topi dan sebentar, adaketerkejutan kami yang yang akan membuat kami ketakutan amat sangat..Setelah mereka benar-benar sudah berada di hadapan, secara sadar dan sangat jelas, kami melihat kalau ternyata sosok yang berjalan paling belakang gak mengenakan topi pramuka, seperti dua teman di depannya, tapi tetap mengenakan seragam pramuka gak kenapa sosok yang berjalan paling belakang itu gak mengenakan topi? Dia gak memakai topi karena gak memiliki kepala, dia berjalan berbaris di belakang tanpa pramuka berjalan tanpa kepala..Malik langsung jatuh terduduk di samping ku berdiri, sementara aku diam sambil terus lemas, tulang-tulang rasanya seperti lepas dari engselnya, jantung seperti berhenti berdetak melihat semua sosok menyeramkan itu terus saja berjalan, berbaris dalam kegelapan, berjalan tanpa jeda dan lelah di jalan yang terus memperhatikan sampai akhirnya mereka hilang di dalam gelap.“Gimana Lik? Lanjut jalan aja? Apa mau balik lagi ke pos dua?” Tanyaku ketika sudah mulai bisa bernapas teratur.“Lanjut aja Do, harusnya sih pos tiga gak jauh lagi. Tapi pelan-pelan aja ya, gw gak mau ketemu pramuka baris yang tadi lewat.” Malik menjawab nyaris pada akhirnya kami memberanikan diri untuk melangkah terus melanjutkan di sisa perjalanan menuju pos tiga kami gak bertemu lagi dengan pramuka tanpa kepala itu lagi, untuk sementara kami bisa bernapas lega.“Ini gunung terkenal angker, bisa jadi yang kalian lihat itu benar adanya. Tapi ini bagus untuk mental kalian, gak boleh takut sama hantu, jangan manja.”Begitu kata salah satu kakak senior penunggu pos tiga, ketika kami menceritakan kejadian yang baru saja kami ya sudahlah, yang penting kami sudah selesai melaksanakan tugas di pos tiga, lagi-lagi kami dikasih kesempatan untuk istirahat sebentar sebelum perjalanan menuju pos perjalanan dari pos tiga menuju pos empat, kami gak bertemu lagi dengan barisan pramuka yang salah satunya tanpa kepala yang sudah aku ceritakan di awal tadi, kami malah mendapatkan teror yang lain, kami melihat penampakan pocong. Pocong yang teramat sangat mengerikan, menguras nyali, meremukkan mental dan bathin. Kami ketakutan, di batas yang paling maksimal.“Gw gak kuat lagi Do, takut.” Malik bicara seperti itu dengan tatapan kosong dengan suara datar.“Tapi kita harus lulus dari jurit malam ini, ini kan salah satu syarat kelulusan. Ayolah, tinggal satu pos lagi, setelah itu selesai semuanya.” Aku terus coba membangkitkan semangat Malik yang sudah nyaris kelelahan kami duduk, entah apa lagi yang akan kami temui nanti di parjalanan menuju pos yang biasanya pemberani, kali ini merasakan pengalaman yang sepertinya memberikan arti lain dari kata “takut”. Nyaliku bergetar hebat, mentalku goyah, tapi walaupun begitu kami harus tetap maju, harus menyelesaikan jurit malam ini.“Aldo, Malik, cukup istirahatnya. Ayok kalian jalan ke pos lima, pos terakhir.” Salah satu kakak Pembina memberi kami kami berdiri dan mulai berjalan lagi, menuju pos lima, pos jalan menuju pos lima ini lebih banyak menurun, walau sesekali ada sedikit tanjakan. Memang sepertinya kami menuju kaki gunung yang paling rendah, menuju perkemahan tempat kami jam pada jam tangan sudah menunjuk ke arah pukul satu lewat tengah yang turun sejak pos empat tadi tiba-tiba berhenti, menyisakan becek di jalan menurun dan menjadikannya licin, kami harus hati-hati berjalan jangan sampai lepas dari pos empat tadi, aku dan Malik lebih banyak diam, sama-sama konsentrasi memperhatikan jalan, mungkin juga sama-sama masih trauma dengan dua kejadian di belakang tadi, sungguh kami masih masih sangat ketakutan..Kira-kira sudah lima belas menit lamanya kami meninggalkan pos empat, lima belas menit yang terasa seperti berjam-jam heningnya gelap hutan, perlahan semilir angin terdengar datang bertiup, menggerakkan pepohonan, membuatnya bergerak melambai walau masih gak jangkrik dan binatang hutan lain, yang tadinya cukup ramai bersahutan, perlahan menghilang, menyisakan sepi yang teramat sangat, hanya hembusan angin yang jadi iringan titik ini kami mulai ketakutan lagi, mulai merasakan kejanggalan lagi, karena sepinya beda, heningnya mencekam.“Do, cepetan Do. Buruan.”Malik yang lagi-lagi berjalan di belakang, bilang begitu, sambil tangannya mendorong tubuhku, memaksaku untuk berjalan lebih cepat menuruti omongannya, lalu melangkahkan kaki lebih cepat di atas jalan setapak yang masih licin akibat hujan.“Ada apa Lik” Tanyaku setengah berbisik.“Jangan nengok ke belakang, ada pramuka yang gak ada kepalanya.” Malik bilang begitu dengan suara Malik bilang begitu aku semakin cepat rasa penasaran mengalahkan segalanya, akhirnya aku nekat untuk menoleh ke di belakang kami ada sosok beseragam pramuka berjalan tanpa kepala, dia terus tak berkepala itu kali ini berjalan tanpa suara, kali ini berjalan sendirian..Kami ketakutan, lalu mulai panik!Kemudian Malik mendahuluiku sambil berlari, “Do lari do, gw takut.” Dia bilang begitu sambil menangis aku jadi ikut berlari di belakang Malik. Sekali lagi aku melirik ke belakang, ternyata sosok pramuka tanpa kepala itu masih saja mengikuti..Kami sangat ketakutan, lampu senter yang tadinya ada di genggaman tiba-tiba terlepas, setelahnya semua menjadi berlari di dalam gelapnya hutan, keluar dari jalan setapak. Berlari ketakutan gak tentu akhirnya aku terjatuh karena kaki tersandung itu aku gak ingat apa-apa lagi.“Do, lo udah bangun? gak apa-apa?”Suara Malik terdengar kami sudah ada di dalam tenda. Aku terbaring di dalam sleeping bag.“Jam berapa ini lik? Kita di mana ini?” Tanyaku.“Sekarang udah jam empat Do. Di basecamp, di pos lima. Tadi kita sama-sama pingsan di deket sini, ditemuin sama team penyapu, hehe.” Begitu penjelasan kami baik-baik saja, hanya ada sedikit luka lecet dan memar akibat terjatuh pengalaman jurit malam yang sangat ke gw lagi ya, Brii..Cukup sekian jalan-jalan jurit malam ini, sampai jumpa dengan cerita gw sehat, supaya bisa terus merinding bareng. 0% found this document useful 0 votes109 views4 pagesOriginal Titlecontoh ldksCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes109 views4 pagesContoh LdksOriginal Titlecontoh ldksJump to Page You are on page 1of 4 You're Reading a Free Preview Page 3 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. Dalam berorganisasi, kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa atau disebut dengan LDKS, merupakan suatu hal yang tidak akan terlewatkan dengan apa yang namanya kegiatan Post to Post. Sebelum lebih jauh membahas perihal apa itu Post to Post dalam LDKS alangkah baiknya kita menggali lebih dahulu perihal latar belakang adanya kegiatan ini. Setiap pergantian kepengurusan dari pengurus usang kepada pengurus yang gres dalam organisasi khususnya di setiap jenjang pendidikan sekolah baik organisasi osis maupun kepramukaan, sudah menjadi hal yang biasa akan selalu di adakan kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa yang didalamnya selalu ada kegiatan Post To Post. Dalam setiap pelaksanaannya Post To Post dalam kegiatan LDKS tersebut akan memerlukan tempat dan waktu untuk melaksanakannya, adapun lamanya kegiatan tersebut akan butuh waktu 2 hingga 4 hari dan harus berada di tempat yang cukup jauh dari pemukiman supaya tidak mengganggu dari suara-suara yang timbul dari akseptor dan panitia. Tujuan daripada latihan ini ialah dalam rangka untuk melatih dua ketahanan badan akseptor didik, yang pertama untuk melatih ketahanan fisik, yang kedua untuk melatih ketahanan mental. Nah makanya untuk menjalankan kegiatan tersebut program kegiatanya haruslah di bagi menjadi dua bagian. Bagian pertama ialah untuk melatih ketahanan mental, yang berhak untuk melatih belahan ini ialah dari para dewan guru, pembina osis dan kepala sekolah atau bisa mencari dari forum lain yang cukup andal dibidangnya, Sedangkan untuk melatih ketahanan fisik bisa diberikan oleh para pembina, para instruktur atau senior yang cukup bisa melatih para akseptor Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa. Menjelang hari terakhir kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa LDKS ini akan selalu di adakan ujian pengulangan perihal materi-materi yang telah disampaikan oleh para pembimbing, baik dari pembimbing dewan guru maupun dari para pembina dan senior dan kegiatan ini biasanya dilakukan di malam hari yang disebut dengan Jurit Malam dengan Post To Post. Kegiatan Post To Post Dari keterangan di atas sanggup artikan, bahwasannya Post To Post ialah kegiatan latihan fisik dan mental dalam rangka untuk menguji seberapa tangguh ketahanan fisik dan mental akseptor dan seberapa dalam pengetahuan mereka perihal bahan yang telah disampaikan terutama bahan yang erat hubungannya dengan bidang organisasi. Dalam kegiatannya Post To Post ini akan dilakukan di tempat yang cukup sepi jauh dari pemukiman dan kegiatan Post To Post ini dibagi menjadi beberapa tempat, sebab setiap tempat yang menjadi lokasi Post dalam LDKS tersebut akan menguji akseptor dengan bahan yang berbeda-beda. Post pertama Di lokasi post pertama siswa akan di uji mengenai bahan perihal kepemimpinan, antara lain Pengertian kepemimpinan Teori kepemimpinan Maksud dan tujuan kepemimpinan Dalil perihal kepemimpinan Cara menentukan pemimpin Orang yang berhak menjadi pemimpin Kriteria-kriteria calon pemimpin Post kedua Di post kedua akseptor akan di uji dengan bahan pengetahuan agama, antara lain Tentang ketuhanan Dapat menghapalkan beberapa surat dari al Qur'an Dapat menceritakan sebagian dari kisah perihal sejarah kebudayaan Islam mengenal para malaikat Allah Mengenal para utusan Allah Mengenal nama-nama kitab Allah Rukun Iman dan Islam Post ketiga Dalam post ketiga akseptor akan di uji dengan pengetahuan umum, menyerupai Perjalanan sejarah bangsa Indonesia Para pendiri bangsa Indonesia Para tokoh yang berjasa negara di Indonesia Pahlawan bangsa Indonesia Dapat menyanyikan lagu wajib bangsa Indonesia Dapat menyanyikan lagu-lagu nasional bangsa Indonesia Dapat menyebutkan baju adat tempat yaang ada di Indonesia dll Post keempat Post keempat akseptor akan di uji dengan bahan Bela Negara, menyerupai Dapat melaksanakan baris berbaris PBB Dapat melaksanakan upacara bendera merah putih Dapat melaksanakan penghormatan pada bendera pusaka merah putih Dapat melaksanakan siskamling Dapat Membuat tandu darurat Dapat melaksanakan santunan pertama pada kecelakaan dll Post kelima Post yang kelima berisi perihal Organisasi, antara lain Pengenalan organisasi Pengertian organisasi Maksud dan tujuan organsisasi Dapat menyebutkan beberapa organsiasi resmi yang ada di indonesia Dapat menciptakan struktur organisasi Post keenam Post yang keenam berisi perihal kesekretariatan, antara lain Dapat memahami perihal manajemen organisasi Dapat menciptakan surat izin tempat untuk kegiatan Dapat menciptakan surat seruan persahabatan Dapat menciptakan hasta karya Dapat memahami perihal pengelolaan berkas-berkas organisasi Untuk menjalankan kegiatan Post To Post ini harus dilakukan dimedan alam yang cukup luas, contohnya di area perkebunan, persawahan, akrab dengan fatwa air sungai. Jadi, tempatnya haruslah yang cukup banyak melewati aral rintangannya supaya akseptor training ini sanggup mencicipi betapa mental dan fisik akseptor training di uji kecakapan dan ketangguhan jiwa dan raganya. Dalam setiap memasuki Post akseptor diharuskan melaksanakan yang sesuai dengan yang diperintahkan, menyerupai awal kedatangan dan kepergian sebab kalau tidak akseptor akan disuruh kembali lagi ke Post yang sebelumnya. Dalam hal ini adat dan budbahasa yang harus diperankan. Setiap berada di post akseptor haruslah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dari penjaga Post, bila tidak bisa menjawab atau salah dalam menjawab, nantinya akseptor akan dikenakan hukuman berupa teguran bahkan disuruh Push Up, Sit Up, Bending atau eksekusi yang sifatnya mendidik. Mungkin itu yang sanggup penulis sampaikan perihal apa itu yang dimaksud dengan Post To Post.

materi pos jurit malam ldks